WAWANCARA DENGAN FAJAR RAHMAT ZULKARNAEN

 


WAWANCARA DENGAN FAJAR RAHMAT ZULKARNAEN


 


wawancara_clip_image002.gif Fajar Rahmat Zulkarnaen, satu nama yang mungkin sudah tidak asing ditelinga para kader, alumni dan simpatisan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Bagaimana tidak laki-laki kelahiran Bandung, 1–Februari–1978 ini, pada kongres ke-26 HMI di Makassar ditetapkan sebagai Ketua Umum periode 2006-2008. Pria yang memulai kehidupan ber-HMI-nya melalui LK1 HMI di Komisariat MIPA UNPAD ini memiliki segudang pengalaman berorganisasi intra dan extra HMI diantaranya Ketua PTKP Komisariat MIPA UNPAD, Ketua Umum Cabang Jatinangor, Ketua Umum BADKO


Jawa Barat, Sekretaris Jendral PB HMI 2004-2006 dan sekarang menjabat sebagai Ketua Umum PB HMI. Belum lagi pengalaman eksternal beliau diantaranya Ketua OSPEK Fakultas MIPA UNPAD, Ketua SENAT Fakultas MIPA UNPAD, Koordinator Satuan Kerja Forum Gabungan SENAT UNPAD dan banyak lainnya. Menjelang Hari Ulang Tahun HMI ke-60 pada 05-Februari-2007 nanti, redaksi mengira perlu untuk mewawancarainya seputar sisi lain pengalaman, pandangan dan harapannya terhadap HMI. Berikut petikan wawancara lengkap Arri Wahyudi (redaksi) dengan pria yang baru saja menyelesaikan pendidikan magister Teknik Lingkungan ITB ini ditemui disela kesibukannya setelah menghadiri rapat harian PB HMI pada selasa 16-Januari-2006.



Assalamu’alaikum Bang !!!
Wa’alaikum Salam

Apa yang melatar belakangi abang sehingga mengikuti LK 1 HMI ?
Pada prinsipnya motivasi awal saya mengikuti basic training HMI karena tertarik dengan huruf I dibelakang nama HMI. Pada saat saya kuliah dulu saya merasa dikampus saya tidak ada organisasi yang mampu mengapresiasikan pengetahuannya mengenai pemahaman Islam yang sesuai dengan logika dan semangat orang muda. Melihat kemampuan beberapa senior HMI dikampus dalam berbicara dan berdiskusi mengenai nilai-nilai ajaran Islam itulah awal ketertarikan saya untuk bergabung dengan HMI.

Apa saja yang diperoleh setelah ber-HMI ?
Banyak yaa, bahkan kalau dituliskan itu mungkin tidak cukup satu buku, tapi yang terpenting bagi saya dan yang utama peningkatan kemampuan pengetahuan pribadi terutama pada tiga aspek yang selama ini menjadi concern utama dari HMI, yaitu ke-ummatan, ke-mahasiswaan dan kebangsaan. Belum lagi saudara (jaringan-red) yang begitu luas, solid dan komplit. Dari saudara-saudara se-Idiologi ini baik itu senior, kawan ataupun junior saya banyak mendapatkan pelajaran yang berharga mengenai banyak hal.

Pengalaman yang berharga berharga selama ber-HMI ?
Seperti yang saya sampaikan diatas teramat sangat banyak jika ingin menyibak kembali momentum-momentum berharga selama dari awal saya mengikuti basic traing sampai hari ini saya menduduki posisi sebagai Ketua Umum PB HMI, misal saya dulu tidak memahami sama sekali bagaimana cara memanage sebuah organisasi, namun di-HMI saya memperoleh hal itu, dulu saya tidak memahami apa itu leadership, tapi HMI memberikan pemahaman itu, dulu pengetahuan saya terhadap Islam begitu dangkal bahkan saya menyepakati cara ber-islam saya tak lebih didasari faktor keturunan dari orang tua saya yang memang Islam, namun kemudian HMI memberikan pengalaman spiritual yang luar biasa, saya berkeyakinan baru melihat Islam sebagai sebuah agama yang betul-betul komplit. Sangat moderat, inklusif, bahkan secara ekstrim saya melihat bahwa di-HMI antara ke-Islaman dan ke-Indonesiaan tidak dapat dipisahkan melainkan dia menjadi satu, artinya HMI menekankan nasionalisme yang dilandasi oleh semangat ke-Islaman ala HMI. Lalu bicara mengenai kepekaan dan empati social, HMI jugalah yang memberikan saya ruang lebih untuk bisa mengasah jiwa itu secara lebih mendalam. Tapi dari semua itu yang cukup membekas disanubari saya adalah momentum awal saya ber-HMI, ikut LK 1 dengan segala kepolosannya, digembleng selama satu minggu, belum lagi siksaan secara psikis seperti lagu uskudara yang makan kurang tidur dikurangi sambil dimarahi, mendapatkan banyak materi, terutama yang menarik itu adalah materi NDP hal-hal itu bagi saya juga adalah pengalaman yang kalau diingat kembali akan mengundang senyum dan kerinduan mendalam. Belum lagi mengingat masa-masa awal ketika aktif dikomisariat, jadi panitia LK1, memarah-marahi orang, cari dana bareng-bareng buat kegiatan, suasana ber-organisasi yang betul-betul murni dari segala kepentingan yang bentuknya politis, karena lebih didasari eksistensi kita sebagai abg (anak baru gede-red) saja. Dan banyak lagi yang sekali lagi kalau mengenang masa-masa itu akan menghadirkan senyum, kerinduan dan tak jarang juga keharuan, apa lagi momentum demonstrasi tahun 99 ketika saya bergabung dengan ALFONSO yang nota bene juga mayoritas isinya teman-teman HMI dimana ketika itu saya merasakan yang namanya dipukulin polisi, ‘nikmatnya’ gas air mata yang membuat saya pasca kejadian tersebut makin meyakini kenikmatan dalam ber-HMI. O iya, satu hal yang saya ga bisa lupa juga, tapi jangan dicontoh karena ini ga baik, yaitu pada saat saya kuliah S1 dulu ada beberapa nilai saya yang terbantu karena saya anak HMI terutama dengan dosen-dosen yang juga merupakan alumni HMI, jadi kalau saya ga masuk diabsenin, ketika ga bisa ikut ujian boleh ujian susulan he,he,he tapi sekali lagi ini ga baik dan jangan dicontoh. Begitu kira-kira.

Bagaimana pandangan tentang HMI yang ideal ?
Satu kata kunci saya bahwa HMI harus menjadi mata air yang memberikan air bagi kehausan bangsa ini. Maksud saya bahwa HMI haruslah menjadikan dirinya sebuah sebuah organisasi bagi reproduksi atau penciptaan kader-kader handal yang kalau di HMI dinamakan kader yang berkualitas lima insan cita yaitu insan akademis, pengabdi, pencipta, yang bernafaskan Islam sehingga ia berujung pada kebertanggung jawaban atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Nah kalau ini sudah bisa diimplementasikan minimal pada empat bagian pertama yaitu kelahiran kader-kader yang memiliki kemampuan akademik yang baik, mempunyai jiwa pengabdi, punya karakter pencipta lalu ia bernafaskan islam maka disanalah letak keidealan HMI itu. Impian saya bahwa HMI memiliki apapun yang dibutuhkan bangsa ini, ada komunitas kader pengusaha, kader seni, kader agama, kader intelektual, kader politik inilah yang kemudian saya maksud sebagai sumber mata air. Sayangnya berbagai kompleksitas permasalahan yang dihadapi dan belum mampu dicarikan solusinya oleh organisasi ini setelah hampir 60 tahun ia hadir diranah tercinta, baik yang itu sifatnya internal ataupun eksternal organisasi, membuat cita-cita tersebut seperti mata air yang tersumbat sehingga ia hanya keluar setetes demi setetes atau bahkan mungkin mati sama sekali yang membuat ia tidak dapat lagi menghilangkan dahaga masyarakatnya.

Apa yang sebetulnya menjadi akar permasalahan yang membelenggu HMI dari cita-cita ideal tersebut ?
Menurut saya melingkupi dua hal yaitu internal dan eksternal organisasi. Secara internal saya melihat ada beberapa masalah substansi yang dihadapi oleh HMI, diantaranya : kurikulum perkaderan yang tidak mengikuti perkembangan zaman. LK1 adalah ruang awal yang dimasuki oleh kader HMI sebelum ia masuk lebih jauh kedalam rumah HMI ini, artinya bahwa LK1 adalah peletakan pondasi utama dan awal mereka dalam memahami HMI. Hari ini juga institusi kita belum mampu menjawab apa student needs dan student interest mahasiswa dewasa ini. Kedua, dinamika internal yang tinggi. Dinamika bagi sebuah perkembangan demokratisasi adalah hal yang wajar atau sah-sah saja, namun bagi saya HMI terlalu menikmati dinamika tersebut dan larut didalamnya, anda bisa lihat dalam setiap satu pengambilan kebijakan organisasi itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan tak jarang harus “bertengkar”, bagi sebuah organisasi modern yang berlomba dengan waktu HMI harus mulai meminimalisir potensi dinamika ini sehingga menjadi positif bagi modal dasar organisasi serta efektif dan efisien. Ketiga, fokus organisasi baik ditingkat komisariat, cabang, Badko atau PB sendiri terhadap momentum-momentum politik di levelnya masing-masing sering kali tidak proporsional, menyita banyak waktu dan energi, sehingga tak jarang melupakan banyak hal yang sebetulnya lebih substansi dan menjadi tanggung jawab penuh untuk dilaksanakan oleh para kader melalui institusi ini, meskipun proses tersebut juga harus menjadi bagian dari salah satu kebijakan organisasi sebagai anak bangsa namun menurut saya harus ada pembagian yang proporsional terhadap masalah lainnya yang terutama berkaitan langsung dengan masyarakat sekitar dan pengembangan pengkaderan kita. Lanjut dinamika eksternal, pada bagian ini saya melihat era globalisasi juga membawa perubahan yang signifikan yang merubah pola mental, attitude, dan paradigma berfikir para pemuda yang yang memprihatinkan. Belum lagi gesekan-gesekan eksternal HMI dengan kepentingan-kepentingan yang ada, selain juga sangat menguras energi kita karena tidak bisa dinafikan bahwa banyak pihak yang juga tidak menghendaki HMI kembali menjadi organisasi yang penuh dengan prestasi dan kejayaan seperti dimasa lalu. Lalu masalah pencitraan, saya melihat HMI hari ini kurang mampu menunjukkan eksistensinya dilingkungan dimana dia berada, yang saya maksud dengan kualitas insan cita HMI maka seharusnya kader-kader atau institusi ini menjadi tempat atau jawaban dari segala permasalahan mahasiswa-mahasiswa dikampus. Dimasyarakat dengan kekuatan sumber daya dan jaringan HMI, maka hemat saya kader-kader atau institusi ini juga harus mampu memberikan segala solusi bagi kompleksitas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

Sebagai pemegang tampuk kekuasaan yang tertinggi di HMI apa yang telah dan akan dilakukan bagi perealisasian harapan terhadap HMI ?
Yang pertama kita harus menyamakan persepsi bahwa pada level PB HMI kegiatan itu ditelurkan pada bentuk penghadiran kebijakan-kebijakan dan penjagaan terhadap aturan main organisasi yang nantinya kebijakan-kebijakan ini akan diturunkan ke BADKO sebagai kepanjangan tangan PB HMI didaerah regionalnya masing-masing yang kemudian akan dirumuskan oleh cabang dengan memperhatikan kebutuhan lokal daerahnya masing-masing baru diimplementasikan oleh komisariat sebagai ujung tombak dari organisasi ini. Itu adalah bentuk pola hubungan yang seharusnya antara PB, BADKO, Cabang dan Komisariat. Pada tingkat kebijakan saya mencoba untuk memprioritaskan dan telah menginstruksikan kepada rekan-rekan di PB HMI untuk selalu berfikir kreatif dan inovativ dalam usaha menciptakan perubahan-perubahan yang berkesinambungan untuk kemudian menjadi panduan bagi struktur dibawah dalam bergerak. Misal pada bidang Pengkaderan anggota, saya selalu berusaha memotivasi mereka menciptakan kurikulum baru yang itu memenuhi bagi hadirnya kader-kader yang handal atau memiliki kualitas lima insan cita seperti yang telah saya paparkan sebelumnya. Di bidang PAO saya juga menginstruksikan mereka agar menghadirkan kebijakan-kebijakan demi penciptaaan suasana berorganisasi yang sehat dan menyenangkan, sehingga HMI bukanlah sarana untuk orang selalu dan melulu berdebat, adu jotos, perang urat syaraf melainkan sebuah wadah pembelajaran berorganisasi sebagai media menyiapkan diri untuk lebih matang untuk turun langsung kemasyarakat setelah habis masa studi dan ke-HMI-annnya. Pada bidang Kekaryaan dan Pengembangan profesi saya senantiasa mendorong rekan-rekan untuk menghadirkan lembaga-lembaga yang memenuhi student needs dan student interest termasuk juga bagaimana memaksimalkan keberadaan lembaga-lembaga kekaryaaan yang sudah ada. Pada garis besarnya saya senantiasa mendorong rekan-rekan di PB HMI di setiap bidangnya masing-masing untuk senantiasa kreatif melakukan perubahan-perubahan kebijakan karna saya berkeyakinan pada satu titik nanti dengan senantiasa konsisten terhadap perubahan-perubahan yang kreatif, inovatif, dan efektif HMI akan kembali menemukan bentuk idealnya sehingga dapat memenuhi harapan semua orang yang senantiasa mengkritik keberadaan HMI, walaupun saya berkeyakinan kritik itu dikeluarkan oleh mereka sebagai sebuah bentuk kepedulian dan cintanya terhadap HMI sehingga beliau-beliau tidak menginginkan organisasi ini terjerembab dalam lembah ketidak berdayaan. Tapi hal inikan tidak semudah membalikkan telapak tangan, pasca krisis yang terjadi 2 periode ditubuh HMI, maka semua impian itu butuh proses, tapi dengan pikiran positif, semangat berjuang dan kesolidan teman-teman di HMI sembari tetap mengharap rahmat dan ridho Allah Swt, saya meyakini bahwa dalam beberapa periode kedepan maka HMI akan kembali menemukan bentuk idealnya sehingga sebagai organisasi kepemudaan dan kemahaiswaan tertua HMI memang pantas menyandang gelar anak umat dan anak bangsa.

Terakhir bang, pesan untuk seluruh Kader seluruh nusantara ?


Pesan utama saya adalah “berjuang”, saya yakin bahwa HMI tidak akan pernah mati di Indonesia, tapi tidak ada yang bisa menjamin HMI akan tetap eksist dikomisariat dimana anda bernaung, tidak ada yang bisa memastikan bahwa HMI tetap akan hadir diwilayah anda berada oleh karenanya mari kita berjuang dengan penuh kepercayaaan diri, karena kita adalah organisasi besar bukan hanya besar karena sejarah masa lalunya namun juga besar dalam kondisi kekinian, ratusan cabang yang tersebar diseluruh republik ini sudah memperlihatkan bahwa kita bukanlah organisasi yang main-main. Oleh karenanya mari kita sama-sama torehkan sejarah kita masing-masing dengan tinta emas demi mengharap ridho Allah Swt, mari kita bertanya apa yang bisa kita berikan untuk HMI, jangan melulu bertanya apa yang HMI bisa berikan pada kita. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan Selamat Hari Ulang Tahun HMI ke-60, Terakhir terimalah salam saya Yakin Usaha Sampai.

11 Kommentarer:

Rizal

Sepakat, HMI harus mempertahankan dirinya di komisariat-komisariat, terutama di Fakultas-fakultas exact. Komisariat merupakan ujung tombak perekrutan kader.
YAKIN USAHA SAMPAI
JAYA HMI KU DI 60 TAHUN

ressay

Dan semoga Lembaga-Lembaga Kekaryaan pun dapat dihidupkan dan diberdayakan.

moch nurfatoni

perlu aksi konkret tidak perlu banyak anggan, yang penting manfaat dan ridho Allah.

Hanafi Mohan

HMI Harus tetap fokus pada moral force. dan jangan lupa, tetap harus memperhatikan ummat/rakyat. Para Pengurus HMI di semua lini janganlah bersikap elitis.

jayalah selalu HMI.
Jalanmu masih panjang.
tetaplah berdiri dengan tegar

selamat ulang tahun ke-60 untuk HMI yang kucintai.
YAKUSA

Hanafi Mohan (Mantan Sekretaris Umum HMI Cabang Ciputat Periode 2005 - 2006)

linda ayu wulandari zulkarnain

menurut saia

linda ayu wulandari zulkarnain

menurut saya HMI itu terus dipertahankan ...
karna..................

TANENJI

Yakin usaha sampai.....

sushan

menurut saya hmi dalam usianya yang ke-60 harus lebih dewasa utamanya dalam perekrutan kader dimana pengurus hmi harus jeli melihat kader kader yang memang nyata mau ber-hmi bukan sekedar pasang tampang di hmi tapi betul-betul menjiwai tujuan hmi itu sendiri.

sushanti hamid SH

hmi dalam usianya yang k- 60 masih harus terus berjuang apalagi dalam masa transformasi global saat ini, jika hmi tidak menyadari hal ini dari awal maka hmi akan terpuruk. Oleh sebab itu kader hmi harus jeli dalam masa transisi saat ini. Adanya berbagai isu politik harus disikapi dengan kedewasaan berfikir yang akan semakin mematangkan hmi. JAYALAH HMI-KU YAKIN USAHA SAMPAI

SUSHANTI HAMID SH (MANTAN BENDAHARA UMUM KOM. FH.UMI PERIODE 1999-2000)

watumonjong

HMI waktu gw kuliah kerjanya cuma menghasut aja , biki dikotomi di kampus,yg ujung2nya buat batu loncatan ke dunia politik pengurus2nya ...hik....

Unknown

watumunjong

emang anda tau dikotomi sebenarnya seperti apa?
pemahaman dan argumen saudara mencle-mencle

Post a Comment