Laporan Rahasia Churchill

Laporan Rahasia Churchill



Hari ini, koran Inggris The Independent dan Sunday Telegraph menurunkan sebuah laporan yang cukup mengejutkan, yaitu tentang adanya laporan PM Inggris Winston Churchill sebelum menjadi PM Inggris. Yang mengejutkan, laporan rahasia tersebut berkenaan dengan isu paling sensitif di Eropa, yaitu perilaku orang-orang Yahudi di Eropa pada masa genosida atau pembantaian etnis. Sebagaimana diketahui, genosida atas orang-orang Yahudi atau yang kemudian lebih dikenal sebagai Holocaust, kini menjadi hal yang disakralkan oleh sejumlah negara Barat. Mengotak-atik atau meragukannya dianggap kriminalitas.

Akan tetapi, justru para pelaku dan saksi sejarah sendiri sebenarnya menyatakan bahwa dulu orang-orang Yahudi di Eropa sangat dibenci itu sebagian karena salah mereka sendiri. Demikian tertuang dalam artikel PM Winston Churchill, seperti yang dikutip Detikcom. Artikel Churchill itu ditulis di 1937, namun tidak jadi dipublikasikan karena diyakini kontroversial. Churchill menilai bahwa orang-orang Yahudi itu tidak berintegrasi dengan masyarakat setempat, selalu eksklusif, penampilannya juga beda dengan yang lain.

Pendapat kontroversial Churchill itu ditulis beberapa bulan setelah orang-orang Yahudi di Jerman dicopot dari berbagai jabatan profesional. Di Inggris sendiri, tepatnya di London Timur, setahun sebelumnya terjadi bentrokan antara massa pengikut Sir Oswald Mosley melawan orang-orang Yahudi. Pengikut Mosley dikenal dengan nama samaran blackshirts, dengan ciri memakai pakaian serba hitam. "Fakta utama yang mendominasi hubungan Yahudi dan non-Yahudi adalah bahwa Yahudi itu berbeda. Mereka juga punya tradisi dan latar belakang berbeda. Mereka tidak mau membaur. Di setiap negara Yahudi membentuk komunitas tertutup dan terpisah, sebuah negara dalam negara," demikian ditulis Churchill.

Lebih lanjut Churchill menulis, bahwa Yahudi di Inggris itu mewakili ras mereka. "Setiap rentenir Yahudi pasti ingat Shylock dan kesan Yahudi sebagai lintah darat dengan bunga berlipat-lipat. Dan Anda tidak dapat mencerna dengan akal sehat bahwa seorang klerk atau pesuruh toko harus membayar bunga 40% atau 50% jika meminjam uang pada seorang Yahudi," papar Churchill.

Semula Churchill menawarkan artikelnya itu ke penerbit Amerika, Liberty, namun ditolak. Selanjutnya ia mecoba menawarkannya ke majalah Strand, tapi juga tidak dipublikasikan. Sebab sudah keduluan artikel bernada serupa yang ditulis mantan PM David Lloyd George. Tiga tahun kemudian, beberapa pekan sebelum Churchill menjadi perdana menteri, redaktur koran Sunday Dispatch, Charles Eade, menghubungi Churchill untuk meminta izin mempublikasikan artikel tersebut. Namun Churchill nampaknya sadar betapa artikel tersebut akan sangat kontroversial. Ia akhirnya menolak.

Sumber: IRIB Bahasa Indonesia 

0 Kommentarer:

Post a Comment